
Rumah Muncong (A2)
Warisan Budaya
- Cagar Budaya (Usulan)
Kondisi Potensi Budaya
Masih Bertahan
Bangunan ini adalah salah satu rumah pimpinan dari perusahaan Belanda ketika itu yaitu Billiton Maatschapaj. Nomor dari rumah ini adalah A2 yang memiliki arti pimpinan tertinggi perusahaan nomor 2, sedangkan untuk pimpinan tertingginya diberi nomor A1 hanya saya untuk rumah dengan nomor A1 sudah rata dengan tanah dan sudah dibangun bangunan baru yang menghilangkan sisi sejarahnya. Sekarang rumah ini difungsikan sebagai rumah tamu Bupati Kabupaten Belitung Timur dan tepat disebelahnya merupakan rumah dinas dari Bupati Kabupaten Belitung Timur.
Rumah ini masih berdiri kokoh hingga sekarang tanpa mengalami perubahan bentuk bangunan dari awal di dirikan. Dari terasnya terhampar pemandangan bibir pantai yang mempesona. Disamping itu juga dari sini kita bisa melihat eks lapangan golf milik perusahaan timah kala itu yang terletak tepat di pinggir pantai dan juga peninggalan pondasi Oliepier sebuah dermaga minyak yang dibangun oleh Belanda berperan penting di era perusahaan sebagai suplai logistik.
Pada tahun 1876 didirikanlah Rumah Tuan Kongsi yang terletak di puncak Bukit Samak. Rumah ini adalah rumah termewah dan terbesar kala itu dan bentuk rumahnya sendiri pun ternyata memiliki filosofi tentang distrik Manggar ini. Yaitu rumah ini memiliki 3 beranda dan 3 atap yang berpuncak tajam ke atas yang menyimbolkan 3 puncak gunung pada distrik Manggar yaitu Gunung Mang, Gunung Burong Mandi dan Gunung Menang Lepau. Dan menurut para pekerja cina mereka menyebutkan bangunan ini sebagai “foek” yang berarti simbol keberuntungan. Hanya saja sekarang bangunan yang disebut oleh orang Belanda sebagai BC ini sudah tidak ada lagi dan berganti dengan bangunan baru. Tetapi, masih ada bangunan perumahan yang masih kokoh berdiri hingga saat ini, yaitu A2 atau masayarakat setempat biasa menyebut dengan Rumah Muncong. Bukan tanpa alasan julukan ini diberikan dikarenakan ada bentuk bangunan yang berbentuk kerucut yang dalam bahasa Belitong disebut dengan Muncong. Dan mungkin saja Muncong ini adalah filosofi dari Bukit samak.
Ya kami katakan mungkin karena belum ditemukan catatan resmi terkait filosofinya. Bangunan ini pada era perusahaan timah milik Belanda adalah rumah termewah kedua. Yang tentunya diperuntukkan untuk orang yang memiliki jabatan yang tinggi setelah Tuan Kongsi. Dan penomoran nomor rumah-rumah yang ada di Bukit Samak mengikuti jabatan yang di emban orang tersebut di dalam perusahaan. Dan seperti yang kita lihat sekarang bangunan dasarnya masih kokoh berdiri walaupun telah berusia lebih dari 1 abad.
Dari beberapa sumber rahasia bangunan yang didirikan oleh Belanda bisa kuat dan kokoh secara umum dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Belanda selalu memperhatikan Desain bangunan dengan kondisi eksisting wilayah atau lahan.
2. Ketelitian dalam Membangun adalah mutlak.
3. Menggunakan Semen racikan khusus ( semen merah dan batu gamping) dan dicampur dengan bata-bata merah yang dihancurkan serta ada juga yang dicampur dengan sari tetes tebu.
4. Menggunakan material batu berkualitas ( bahkan sebelum membangun para pekerja diwajibkan untuk mencuci bersih batu-batu yang akan digunakan menggunakan air ) serta tidak terlepas dari disiplin dan kejujuran dari para pekerjanya.
Sekarang, bangunan ini dijadikan sebagai Rumah Tamu oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur sekaligus menyatu dengan Rumah Dinas Bupati Kabupaten Belitung Timur. Yang menarik ketika kita berada di beranda rumah ini pemandangan indah akan langsung tersaji yaitu Pantai Oliepier, Pantai Golf dan Pulau Buku Limau. Sepertinya Belanda memang mendesain khusus rumah ini supaya yang tinggal bisa betah berlama-lama.
Desain rumah ini termasuk dalam kelompok arsitek Indo-Eropa, gaya ini memadukan arsitektur modern yang disesuaikan dengan iklim, bahan bangunan dan teknologi yang berkembang pada saat itu. Penandanya adalah keberadaan gevel (gable) segitiga pada bagian depan, tower segi delapan yang terbilang langka untuk rumah tinggal, bouvenlich atau lubang ventilasi motif krepyak, plafon yang tinggi dan volume ruangan yang lebih besar untuk menyesuaikan iklim tropis.
Kembali ke Budaya