Selamatan Laut

Warisan Budaya

  • Adat Istiadat
  • Ritus

Kondisi Potensi Budaya

Hampir Punah

Prosesi Adat Selamatan Laut atau biasa masayarakat setempat menyebutnya dengan “Muang Jong” telah dilaksanakan secara turun temurun dan wajib dilaksanakan untuk menjaga keamanan dan ketentraman areal laut Kampong/Desa oleh tetua adat yang disebut dengan Dukun Kampong. Kondisi prosesi ini untuk di Desa Lalang sudah 20 tahun lebih tidak pernah diselenggarakan lagi. Bukan karena kondisi ketidakpercayaan dari masyarat, tetapi lebih kepada kendala teknis yaitu biaya yang dibutuhkan cukup besar untuk menyelenggarakan prosesi ini. Ditambah lagi prosesi ini tidak bisa hanya dilakukan di satu desa saja tetapi harus dilakukan secara bersama-sama bagi desa yang memiliki wilayah laut.

Prosesi Selamatan Laut atau biasa disebut dengan Muang Jong dilaksanakan ketika musim angin selatan (angin kencang) yang dimana para nelayan tidak akan turun melaut untuk mencari nafkah oleh tetua adat yang dipanggil Dukun Kampong. Prosesi ini akan dimulai dengan pembuatan sesajen yang berbentuk perahu nelayan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Dukun Kampong di tepi pantai. Setelah selesai pembacaan doa maka sesajen atau masyarakat Belitong biasa menyebutnya dengan Jong ini kan dipikul bersama-sama untuk dibawa menggunakan kapal nelayan yang telah disiapkan. Setelah sesajen berada diatas kapal, bersama dengan dukun kampong akan ikut untuk melarungkannya di tengah laut dan masyarakat akan ikut menggunakan perahu lain dibelakangnya dalam prosesi ini. Setelah prosesi ini selesai, dilanjutkan dengan makan bersama dan hiburan rakyat yang akan digelar selama 3 hari berturut-turut. Hiburan rakyat yang biasa ditampilkan adalah kesenian

Berebut Lawang adalah tradisi berbalas pantun dalam prosesi perkawinan melayu Belitong. Baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan akan menyiapkan sendiri jagoan pantunnya. Masing-masing perwakilan akan menunjukkan kehebatan dalam berpantun dan akan menjadi hiburan yang asik bagi para undangan. Berebut lawang ini dimulai ketika penganti laki-laki datang dan akan langsung dihadang dengan seutas tali ataupun selendang sampai pertarungan berbalas pantun selesai di tiga lawang (pintu) yang telah disiapkan.

#

Kembali ke Budaya